MJ. Tangerang – Dalam tradisi Pesantren, ada adagium berbunyi أنتم شبان اليم رجال الغد, “Kalian Pemuda, akan menjadi pemimpin di masa datang. Adagium ini merupakan bagian dari Mahfudzat, sebuah kitab berisi ungkapan, pepatah atau kalimat baik yang menjadi bahan pelajaran yang mesti dihafal di luar kepala. Hampir sebagian besar para santri dan penghuni pondok pesantren sudah mengetahui kalimat itu semua, bahkan sudah menghafal dan mengetahui apa yang akan terjadi di masa mendatang.
Karena unumnya para santri adalah pemuda yang berusia antara 13-18 tahun, maka mereka juga berhak mengetahui peran yang mereka mainkan dalam sejarah bangsa ini, yang sudah berusia 96 tahun. Hampir satu abad peristiwa bersejarah yang dilakukan oleh generasi muda pada 1928, sebuah peristiwa yang mampu mengumpulkan dan menyatukan visi misi kaum muda untuk menuju kemerdekaan Negara Indonesia.
Para pemuda melakukan perkumpulan para pemuda yang datang dari seluruh daerah Indonesia. Mereka mengadakan rapat yang dimulai pada 27-28 Oktober 1928. Mereka menamakan diri dan disematkan asal daerah masing-masing. Ada Jong Java, Jong Islmitent Bond, Perkumpulan Kaum Muda Betawi, Sekar Torkoen Pasundan, Jong Batak, Jong Celebes, dan lain-lain. Semua berkumpul di Jakarta dan mengadakan rapat kaum muda membicarakan langkah-langkah strategis untuk mempercepat gerakan kemerdekaan negara Indonesia.
Setelah mendengar hasil rapat, maka Kaoem Moeda Indonesia pada 28 Oktober 1928, mereka membacakan hasil keputusan yang sudah dirumuskan.
Untuk itu, mereka sepakat menjadikannya sebagai tonggak bagi perjuangan untuk memerdekakan Negara Indonesia.
Santri dan Sumpah Pemuda
Lalu pertanyaan yang mesti dimajukan dalam konteks ini adalah di mana peran kaum sarungan saat rapat dan pembacaan teks Soempah Pemoeda pada 1928 itu…?
Dari hasil penelusuran, belum ditemukan tokoh berasal dari pesantren yang terlibat langsung dalam peristiwa Sumpah Pemuda. Kemungkinan, secara tidak langsung ada yang hadir dalam Kongres Pemuda tersebut perwakilan dari kaum pelajar, meski tidak ikut dalam prosesi dan pembacaan teks Sumpah Pemuda pada 1928.
Setelah mereka menyepakati hasil Kongres tersebut, mereka sepakat untuk terus berjuang menggerakkan para pemuda dan masyarakat, termasuk para santri bersatu untuk memerdekakan negara Indonesia yang sangat mereka ciintai.
Hal ini terbukti, para Kyai dan ulama dari seluruh Indonesia sepakat mendukung gerakan kemerdekaan Indonesia. Hal ini terbukti, KH, Hasyim Asyari, mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad yang mampu menggerakkan para ulama dan santri untuk berjuang dan mempertahankan Negara Republik Indonesia dari penjajahan kembali yang ingin dilakukan Belanda dengan mendompleng serdadu KNIL dan tentara Inggris.
Resolusi Jihad boleh dibilang sebagai puncak dari perjuangan umat Islam dan bangsa Indonedia pada umumnya dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesita dsri penjajahan kembali.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Santri yang juga kaum muda, telah memainkan peran yang sangat penting dalam pergerakan dan perjuangan kemerdekaan dan mempertahankannya dari kesewenangan bangsa lain yang ingin menjajah bangsa Indonesia yang sudah dimerdekakan oleh para pejuang muslim dari para penjajah Belanda, Jepang dan Inggris.
Wallau ‘Alam bi sl-Shawab.
Pamulang,28 Oktober 2024