“Dua beko cuma nongkrong aja di TKP dari dulu, buang-buang anggaran aja, dikerjainnya nggak,” ujarnya.
DEPOK – Banjir merendam sebagian wilayah Kampung Bulak Barat, Kelurahan Cipayung, Depok, Jawa Barat, sejak tujuh bulan lalu. Akibatnya, akses jalan yang menghubungkan Kampung Bulak Barat dan Kelurahan Pasir Putih, Sawangan, terputus.
Rumah warga yang terendam banjir itu berada di RT 03 dan RT 04 RW 08. Ada enam keluarga yang akhirnya memilih mengungsi.
Salah seorang warga bernama Budiarto, kepada Depokpos mengatakan dirinya hampir lima bulan terakhir harus mengambil jalan memutar yang jaraknya cukup jauh setiap kali berangkat dan pulang kerja karena banjir tersebut.
Ia juga menyebut ada dua beko di lokasi, tapi tak ada aktifitas.
“Dua beko cuma nongkrong aja di TKP dari dulu, buang-buang anggaran aja, dikerjainnya nggak,” ujarnya.
Sementara Ketua RT 04 Naserih menduga, banjir dikarenakan tumpukan sampah yang tidak pernah dibersihkan.
“Intinya bukan yang lain-lain tapi enggak ada pengerjaan di ujung jalan sana terkait sampah itu. Seandainya sampah ada pengerjaan, ya dalam artian diperluas jalur airnya,” ungkap Naserih dilansir Kompas.com.
Sampah dari TPA Cipayung kian menumpuk terutama di area dekat jembatan akses penghubung Cipayung dan Sawangan.
“Jadi sampah itu istilah sunda-nya turun ‘ngagalosor’, karena kalau sampah kan enggak punya pegangan ke bawahnya, kebanyakan plastik kan. Kalau tanah mungkin bisa memadat ke bawah, kalau sampah ya ikutin arus terus,” jelas Naserih.
Setelah dilanda banjir berbulan-bulan, Pemerintah Kota (Pemkot) Depok berencana akan membangun turap untuk mengatasi banjir di Bulak Barat-Pasir Putih, Cipayung, Kota Depok, Jumat (3/5/2024).
“Langkah permanennya, kami akan berkomunikasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BWSCC) untuk mengurap (membangun turap) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung,” kata Sekretaris Daerah (Sekda) Supian Suri, Jumat (3/5/2024).
Turap tersebut bisa mencegah terjadinya kembali longsoran sampah yang menyumbat saluran air dan menumpuk di sekitar jembatan penghubung Bulak Barat dan Pasir Putih.
“Yang kedua, kami akan mencoba mengubah lahan yang terbendung itu menjadi semacam penampungan air,” tutur Supian.
Karena letak geografisnya yang sangat rendah, area yang terdampak banjir selama empat bulan itu harus dikosongkan. Area tersebut dianggap tak layak lagi dijadikan lahan permukiman.
“Konsekuensinya ya kami harus lakukan pembebasan lahan terhadap rumah-rumah warga yang saat ini terendam,” jelas Supian.
Penanggulangan banjir tersebut diperkirakan baru selesai sekitar satu hingga dua tahun.
“Untuk penanganan jangka panjang kan memang membutuhkan waktu yang panjang. Karena ya tadi, kondisi di lapangan tidak mudah, lumayan membutuhkan dana yang besar dan waktu yang cukup panjang,” ujar Supian.