“Museum Sejarah Jakarta Resmi Gelar Pameran ‘Furnitur Bertutur’ dengan Sentuhan Inovasi Digital dan Kolaborasi Multi Pihak”

“Museum Sejarah Jakarta Resmi Gelar Pameran ‘Furnitur Bertutur’ dengan Sentuhan Inovasi Digital dan Kolaborasi Multi Pihak”

MJ. Jakarta – Pada hari Senin, 14 Oktober 2024, pameran bertajuk “Furnitur Bertutur” secara resmi dibuka di Taman Dalam Museum Sejarah Jakarta.

Acara pembukaan tersebut dihadiri oleh 100 tamu undangan dan dibuka langsung oleh Bapak Iwan Henry Wardhana, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Momen tersebut juga semakin semarak dengan penampilan istimewa dari grup musik legendaris Krontjong Toegoe.

Esti Utami, Kepala Unit Pengelola Museum Kesejarahan Jakarta (UP MKJ), mengungkapkan latar belakang pameran ini, “Pameran Furnitur Bertutur ini merupakan salah satu bentuk program publik museum yang didanai oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.”

Lebih lanjut, Esti menjelaskan bahwa pameran temporer ini merupakan agenda rutin yang diselenggarakan setiap tahun dengan tema yang berbeda. Tahun ini, Museum Sejarah Jakarta mengangkat tema furnitur.

“Pameran ini merupakan hasil dari proses riset signifikasi pada sejumlah koleksi furnitur yang dimiliki oleh Museum Sejarah Jakarta. Proses riset tersebut telah dilakukan oleh tim kuratorial dari SEAMS bersama dengan tim Museum Sejarah Jakarta sejak tahun 2022,” tambahnya.

Pameran “Furnitur Bertutur” ini diharapkan dapat memberikan perspektif baru tentang nilai sejarah dan budaya yang terkandung dalam koleksi furnitur yang ada di Museum Sejarah Jakarta.

Cerita dari Koleksi Furnitur Museum Sejarah Jakarta” mulai 14 Oktober hingga 27 Desember 2024. Pameran ini menampilkan kisah di balik sejumlah koleksi furnitur melalui berbagai media interaktif, digital label, oral history, dan aktivitas edukasi yang dirancang khusus untuk pengunjung anak-anak.

Pameran ini merupakan hasil kolaborasi Museum Sejarah Jakarta dengan Southeast Asia Museum Services (SEAMS), serta didukung oleh sembilan partner organisasi, termasuk Indonesian Heritage Agency, Museum Kebaharian, Living Museum Roemah Toegoe, Museum Sonobudoyo Yogyakarta, dan Rumah Kartini Jepara.

Organisasi-organisasi tersebut secara sukarela meminjamkan objek, menyediakan data, serta memberikan dukungan berharga untuk terselenggaranya pameran ini.

Esti Utami, Kepala Unit Pengelola Museum Kesejarahan Jakarta, menyampaikan bahwa pameran ini merupakan program rutin yang diadakan setiap tahun dengan tema yang berbeda-beda.

“Tahun ini, Museum Sejarah Jakarta mengambil tema furnitur. Pameran ini merupakan hasil dari proses riset signifikansi terhadap sejumlah koleksi furnitur yang dimiliki museum. Proses riset ini telah dilakukan sejak tahun 2022 oleh tim kuratorial dari SEAMS bersama dengan tim Museum Sejarah Jakarta,” jelasnya saat pembukaan pameran di Taman Dalam Museum Fatahillah, Senin (14/10/2024).

Esti juga menambahkan bahwa furnitur yang ditampilkan dalam pameran ini bukan sekadar peninggalan kolonial atau barang antik yang terlupakan. “Furnitur ini mengandung cerita sejarah yang penting dan melalui pameran ini, kami ingin mengangkat cerita-cerita tersebut agar bisa dinikmati oleh publik,” ungkapnya.

Selain pameran fisik, pengunjung juga dapat menikmati pameran digital melalui situs furniturbertutur.com, memberikan akses lebih luas kepada masyarakat untuk mengetahui lebih dalam mengenai koleksi furnitur bersejarah ini.

Mengungkap Cerita di Balik Koleksi Furnitur Langka di Museum Sejarah Jakarta

Museum Sejarah Jakarta (MSJ) menyimpan berbagai koleksi furnitur bersejarah yang berasal dari masa VOC dan era Hindia Belanda. Dengan jumlah kurang lebih 200 objek yang berasal dari abad 17 hingga 19, koleksi ini mencerminkan kisah sejarah Batavia (sekarang Jakarta) yang kompleks, berlapis-lapis, dan terkadang sulit untuk dipahami.

Melalui pameran ini, pengunjung dapat menyelami bagaimana furnitur tersebut diperoleh, dihargai, dilupakan, dan ditemukan kembali selama berabad-abad lamanya.

Sebagai pusat perdagangan utama pada abad ke-17 dan ke-18, Batavia menghubungkan Asia dan Eropa. Kota ini dikenal kaya dan kosmopolitan, di mana furnitur yang dibuat dengan indah dan mewah beredar luas, menggabungkan pengaruh Timur dan Barat dalam apa yang dikenal sebagai ‘Gaya Batavia’ yang khas. Namun, di balik kemewahan tersebut, tersimpan cerita-cerita rumit.

Banyak furnitur yang dihasilkan oleh pekerja paksa, yang diperoleh oleh Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) dari seluruh Asia. Selain itu, rumah-rumah besar tempat furnitur tersebut dipajang juga bergantung pada tenaga kerja yang terdiri dari orang-orang yang diperbudak.

Dalam pameran ini, pengunjung dapat melihat beberapa koleksi unggulan yang sangat istimewa, di antaranya:

– Kursi Raden Saleh: Kursi yang pernah dimiliki oleh Raden Saleh, seorang seniman kontemporer Indonesia. Kursi ini dibuat dengan gaya neo-Gothic khusus untuk rumahnya di Cikini.

– Kursi dari Kolombo, Sri Lanka: Kursi berusia 200 tahun yang merupakan bagian dari set furnitur yang saat ini berada di Kolombo, Sri Lanka, sementara kursi ini tetap di Batavia.

– Tempat Tidur Anak: Tempat tidur anak yang dihiasi dengan ukiran yang menceritakan dongeng, termasuk kisah tentang tempat tidur yang bergoyang sendiri di malam hari.

Pameran ini memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk tidak hanya menikmati keindahan furnitur, tetapi juga merenungkan sejarah dan cerita di balik setiap objek, sehingga semakin memperkaya pemahaman tentang warisan budaya Jakarta.

Penulis: SasEditor: Red