Pelajaran Berharga dari GRASSROCK untuk Penikmat Musik Rock Bandung di Ajang Rock Legends

Pelajaran Berharga dari GRASSROCK untuk Penikmat Musik Rock Bandung di Ajang Rock Legends

Tanpa ragu-ragu
gadis manis melangkah
menuju pintu keluar
dan siap untuk terbang

Terang sangat terang
matamu memandang
kenyataan itu
ternyata menusuk pinggang

MJ. Bandung – Band legendaris GRASSROCK kembali membuktikan kehebatannya di acara Rock Legends yang digelar di Lapang Pajajaran, Bandung, Sabtu (21/9/2024). Ribuan penonton yang memadati lokasi acara larut dalam penampilan energik band yang sudah eksis sejak era 80-an ini.

Lagu “Gadis Tersesat” menjadi salah satu momen paling magis malam itu. Dengan suara prima dan karisma yang memukau, Hanz, vokalis anyar GRASSROCK, berhasil menaklukkan hati para penggemar fanatik. Penampilannya diterima dengan antusias oleh penonton Bandung yang dikenal memiliki basis penggemar GRASSROCK yang solid.

Menambah keistimewaan malam itu, GRASSROCK tampil dengan dua keyboardis andal, Mandau dan Denny Ireng. Jemari keduanya berkolaborasi apik, menghadirkan nuansa Art Rock khas GRASSROCK yang tetap terjaga meski beragam generasi telah berlalu. Kembalinya Mandau ke formasi GRASSROCK setelah sempat hengkang, menjadi hadiah manis bagi para penggemar setia.

Tidak hanya itu, kehadiran Jondy sebagai bassist baru menggantikan mendiang Yudhy memberikan warna progresif yang segar pada komposisi musik GRASSROCK. Keponakan dari musisi legendaris Arthur Kaunang (SAS) ini membuktikan bahwa GRASSROCK mampu beradaptasi tanpa kehilangan identitasnya.

Sang drummer, Rere Reza, dan gitaris Edi Kemput, tetap menjadi roh utama GRASSROCK, menjaga semangat dan kualitas musikalitas band. Keduanya berhasil memimpin perjalanan GRASSROCK melewati berbagai era hingga saat ini.

Racikan musik mereka terasa lebih berwarna, menggabungkan elemen hard rock, art rock, dan progressive rock yang diramu ulang secara apik, tanpa mengubah esensi lirik lagu-lagu ikonik mereka.

Bandung, yang dikenal sebagai kota dengan penikmat musik berkelas dan kritis, memberikan tantangan tersendiri bagi GRASSROCK. Namun, mereka berhasil menjawab rasa penasaran publik Bandung dengan performa penuh energi. Lagu “Stop Loving You” milik TOTO yang dibawakan dengan sentuhan khas GRASSROCK menjadi bukti nyata kualitas musikalitas mereka.

Formasi Rere Reza (drum), Edi Kemput (gitar), Mandau, Denny Ireng (keyboard), Jondy (bass), dan Hanz (vokal) berhasil mempertahankan nama besar GRASSROCK, yang berdiri sejak awal 1980-an. Bermain di Bandung mungkin membawa beban moril tersendiri, mengingat kota ini menyimpan kenangan unik bagi GRASSROCK. Namun, pengalaman mereka yang telah ribuan kali tampil di panggung, baik indoor maupun outdoor, membuat mereka tampil lebih profesional dan percaya diri.

Dipilihnya Lapangan Pajajaran sebagai venue juga mendapat apresiasi. Lokasi yang strategis di pusat kota serta kemudahan akses fasilitas ibadah menjadi nilai tambah, khususnya bagi penonton muslim.

Lebih dari sekadar pertunjukan musik, kehadiran GRASSROCK di Bandung mengajarkan banyak hal. Mereka tidak hanya menyajikan lagu dengan komposisi musik luar biasa, tetapi juga mengundang penikmat musik untuk menggali sejarah dan perjalanan panjang band ini. GRASSROCK mengingatkan kita bahwa musik adalah bagian dari narasi kehidupan yang pantas untuk dipelajari dan diapresiasi.

Dalam suasana santai usai manggung di acara Rock Legends, Majalah Jakarta berkesempatan menemani Edi Kemput, gitaris GRASSROCK, menuju masjid untuk melaksanakan sholat Magrib yang digabung dengan Isya. Meski lelah, Edi tetap meluangkan waktu untuk melayani para penggemar yang meminta foto bersama di area venue, tempat berbagai merchandise dijual. “Urusan hati sudah di atas sajadah, tapi urusan adab di dunia nyata harus didahulukan. Ini soal Habluminannas,” ujar Edi dengan santai.

Sebagai gitaris, Edi Kemput dikenal dengan permainan gitarnya yang rapi dan terkonsep, terutama untuk urusan lead. Ada kisah unik di balik kepiawaian jemarinya yang lincah. Beberapa tahun lalu, jemarinya sempat kaku, namun sembuh hanya dengan terapi dzikir. “Subhanallah, ini semua kehendak Allah,” ungkap Edi ketika bercerita kepada Majalah Jakarta di kediamannya di Cibinong, Kabupaten Bogor, saat mempromosikan album solo gitarnya yang rilis di masa pandemi Covid-19, bertajuk “Delusi: Kill the Syndrome”. Album tersebut sukses besar, baik dari segi penjualan musik maupun merchandise.

Penampilan Edi di atas panggung malam itu benar-benar prima. Semua lagu yang dibawakan GRASSROCK, termasuk hits mereka, dimainkan dengan detail dan energi tinggi. Ini semakin membuktikan dedikasi Edi terhadap musik yang ia tekuni selama puluhan tahun.

Keunikan dan Soliditas GRASSROCK
GRASSROCK memiliki keunikan tersendiri, baik dari komposisi musik hingga soliditas tim. Menariknya, para personel dan crew band ini berdomisili di kota yang berbeda. Contohnya, Jondy (bassist) berada di Surabaya, sementara salah satu crew senior mereka, Anwar, tinggal di Batu, Malang. Namun, silaturahmi dan rasa saling percaya menjadi resep utama soliditas mereka.

Di antara crew GRASSROCK, nama Iwe Grass patut mendapat sorotan. Sebagai karyawan Bank Mandiri Cabang Kampung Melayu, Jakarta, Iwe telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan GRASSROCK sejak sebelum album “Anak Rembulan” dirilis. Sosoknya seperti “nyawa kedua” yang menjaga keutuhan GRASSROCK hingga kini.

Rere Reza, Edi Kemput, dan Mandau adalah tiga personel awal GRASSROCK yang masih bertahan. Kini mereka diperkuat oleh Hanz (vokal), Jondy (bass), dan Denny Ireng (keyboard). Kolaborasi mereka, bersama para crew yang solid, terus menghasilkan karya yang menginspirasi, membuktikan bahwa GRASSROCK tetap relevan dan menjadi legenda yang tidak akan pernah mati.

GRASSROCK Never Die!
Lebih dari sekadar band, GRASSROCK adalah contoh nyata dedikasi, profesionalisme, dan harmoni dalam dunia musik. Mereka mengajarkan nilai-nilai silaturahmi, manajemen tanpa intrik, dan kejujuran sebagai fondasi utama. Bukan hanya menciptakan musik, GRASSROCK memberikan pelajaran tentang menjaga persatuan di tengah industri yang penuh tantangan.

GRASSROCK, dengan segala keunikan dan sejarahnya, membuktikan bahwa legenda tidak hanya bertahan, tetapi juga terus berkontribusi untuk bangsa dan negara. GRASSROCK Never Die!

Penulis: Yankee Editor: Red