MJ. Jakarta, Indonesia – Indonesia terus memperkuat sistem pertahanan udara dengan mengadopsi Norwegian Advanced Surface-to-Air Missile System (NASAMS), sebuah sistem pertahanan rudal canggih hasil kolaborasi antara Kongsberg Aerospace and Defense System dari Norwegia dan Raytheon Technologies dari Amerika Serikat. NASAMS sendiri dikenal sebagai salah satu sistem pertahanan udara yang efektif dalam melindungi wilayah udara dari berbagai ancaman.
Kongsberg Aerospace and Defense System berperan sebagai perancang arsitektur teknis yang mencakup sistem kendali, komunikasi, dan komputasi untuk NASAMS. Sementara itu, Raytheon Technologies menyediakan rudal AIM-120 AMRAAM sebagai persenjataan utama NASAMS. AIM-120 AMRAAM tersedia dalam beberapa varian, termasuk versi Block A/B dengan jarak jangkau 55 hingga 75 km, Block C Mk8 dengan jarak lebih dari 105 km, dan Block D yang memiliki jarak tembak hingga 160 km. Rudal ini telah digunakan oleh berbagai negara, dan Indonesia kini bergabung sebagai salah satu pengguna NASAMS dengan integrasi sistem kendali dan komunikasi yang dipegang oleh Kongsberg.
Proyek NASAMS dimulai pada pertengahan 1990-an dengan tujuan memperkuat pertahanan udara Norwegia yang sebelumnya hanya didukung oleh artileri anti-udara buatan Bofors dan SAAB. Selain itu, program ini juga bagian dari inisiatif Northern European Air Defense System, yang mencakup anggota NATO di Eropa Utara, termasuk Norwegia dan Denmark.
Sebagai bagian dari komitmen Indonesia untuk kemandirian alat utama sistem senjata (alutsista) sesuai dengan UU No. 16 Tahun 2012, Kementerian Pertahanan RI telah menginstruksikan pelaksanaan Transfer Teknologi (ToT) dalam proyek NASAMS ini. Kongsberg, sebagai kontraktor utama, sedang melakukan proses transfer teknologi yang mencakup desain platform peluncur rudal (pod peluncur rudal) dan sistem informasi komunikasi serta kendali rudal. Alih teknologi ini melibatkan beberapa BUMN Indonesia, seperti PT Dirgantara Indonesia untuk produksi pod rudal, PT LEN Industri untuk sistem kendali dan radar, serta PT Pindad.
Dengan adanya kerjasama strategis ini, industri pertahanan Indonesia diharapkan semakin kuat dan mandiri dalam mengembangkan sistem pertahanan udara nasional (arhanudnas) yang lebih canggih. Di masa depan, kemampuan mandiri dalam memproduksi pod rudal dan sistem kendali ini diharapkan dapat mendorong penggunaan rudal buatan dalam negeri. Proyek reverse engineering rudal C-705, yang bekerja sama dengan SASTIND (State Administration for Science and Technology for National Defense, China), juga menjadi langkah signifikan dalam meningkatkan kemampuan teknologi pertahanan Indonesia.
Kembali ke pertanyaan diatas, Jenis apa rudal arhanud yang dibutuhkan?
Menakar Kebutuhan Sistem Pertahanan Udara Indonesia, Rudal AIM-120 AMRAAM dan Alternatif Lain yang Recommended
Seiring dengan integrasi sistem NASAMS (Norwegian Advanced Surface-to-Air Missile System) yang mengandalkan rudal AIM-120 AMRAAM sebagai senjatanya, Indonesia terus memperkuat pertahanan udara nasional dengan memperhitungkan opsi-opsi tambahan untuk melengkapi sistem arhanud (pertahanan udara). Rudal AIM-120 AMRAAM, yang dikenal sebagai rudal jarak menengah hingga jauh, menawarkan daya tempur andal untuk menangkal berbagai ancaman udara. Meski demikian, Indonesia masih memerlukan sistem arhanud sejenis agar lebih optimal dalam menghadapi ancaman serupa.
Beberapa negara telah mengembangkan rudal dan sistem pertahanan udara yang dapat menjadi referensi bagi Indonesia. Berikut ini adalah beberapa sistem rudal yang dapat dipertimbangkan:
1. Rudal Akash dari India
Rudal jarak menengah Akash adalah produk dalam negeri India yang dirancang oleh Defence Research and Development Organization (DRDO), lembaga riset pertahanan terkemuka India. Terinspirasi dari desain SA-6 buatan Soviet, Akash dikembangkan untuk memperkuat kemandirian industri pertahanan India sejak tahun 1990-an. Rudal ini telah melalui pengujian ketat dan resmi beroperasi dalam satuan pertahanan udara India sejak 2009.
Spesifikasi Teknis Rudal Akash:
Berat: 720 kg
Panjang: 5,78 m
Diameter: 30-35 cm
Bahan Bakar: Propelan padat
Kapasitas Hulu Ledak: 60 kg
Kecepatan Maksimum: Mach 2,8–3,5
Jangkauan: 25–50 km
2. Rudal BrahMos – Hasil Kolaborasi India dan Rusia
Rudal BrahMos adalah kolaborasi antara India dan Rusia yang dimulai pada 1998. Dirancang sebagai rudal jarak jauh, BrahMos memiliki kemampuan multi-platform, dapat diluncurkan dari darat, laut, maupun udara. Rudal ini dioperasikan oleh militer India dan dianggap sebagai salah satu rudal tercepat di kelasnya.
Spesifikasi Teknis Rudal BrahMos:
Berat: 3.000 kg
Panjang: 8,4 m
Kapasitas Hulu Ledak: 200-300 kg
Kecepatan Maksimum: Mach 3
Jangkauan: Hingga 500 km (versi laut dan permukaan)
3. Rudal S-400 dari Rusia
S-400 adalah sistem pertahanan udara Rusia yang mampu melacak dan menembak jatuh berbagai jenis ancaman udara. Sistem ini menjadi perbincangan di arena internasional, terutama dengan adanya sanksi CAATSA dari AS terhadap negara-negara yang mengoperasikannya. Kendati demikian, performanya yang sangat mumpuni membuatnya tetap menjadi pilihan favorit di berbagai negara.
4. Naval Strike Missile (NSM) dari Norwegia
Dirancang oleh Kongsberg Defense & Aerospace, NSM adalah rudal subsonik yang mulai digunakan oleh Angkatan Laut Kerajaan Norwegia pada 2008. NSM memiliki kemampuan manuver tinggi untuk menargetkan kapal permukaan musuh dan cocok untuk digunakan dalam pertahanan udara berbasis laut.
Spesifikasi Teknis NSM:
Berat: 410 kg
Panjang: 3,95 m
Kapasitas Hulu Ledak: 125 kg
Jangkauan: Hingga 185 km
5. Rudal Meteor dari Eropa
Meteor, yang dikembangkan oleh konsorsium Eropa MBDA, digunakan oleh beberapa negara Eropa dan dikenal sebagai rudal udara-ke-udara jarak menengah hingga jauh dengan kecepatan di atas Mach 4. Rudal ini cocok untuk memperkuat pertahanan udara TNI karena kemampuannya yang fleksibel dan andal.
Spesifikasi Teknis Rudal Meteor:
Berat: 190 kg
Panjang: 3,7 m
Kecepatan Maksimum: >Mach 4
Jangkauan: 150 km
6. Sistem Patriot dan RIM-162 ESSM dari Amerika Serikat
Selain itu, rudal Patriot MIM-104 dan RIM-162 Evolved Sea Sparrow Missile (ESSM) juga direkomendasikan untuk meningkatkan kapabilitas pertahanan udara Indonesia. Keduanya telah terbukti andal dalam melindungi wilayah udara dari berbagai ancaman.
Dari beberapa pilihan ini, Indonesia memiliki beragam opsi untuk memperkuat pertahanan udaranya secara strategis. Pilihan terbaik akan bergantung pada aliansi, strategi pertahanan, dan kemampuan integrasi teknologi dalam negeri. Diharapkan, industri pertahanan nasional juga dapat terlibat melalui alih teknologi demi terciptanya kemandirian alutsista dalam jangka panjang.
Catatan Kaki
[1] NASAMS – Wikipedia
[2] AIM-120 AMRAAM – Wikipedia
[3] Kemhan Selenggarakan Monitoring Rudal NASAMS
[4] Program Reverse Engineering Sistem Rudal Kemhan Dimulai
[5] Akash (missile) – Wikipedia
[6] BrahMos – Wikipedia
[7] Nirbhay – Wikipedia
[8] Meteor (missile) – Wikipedia
[9] MIM-104 Patriot – Wikipedia
[10] RIM-162 ESSM – Wikipedia