MJ. Jakarta – Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) secara tegas menyatakan dukungannya terhadap Pertamina sebagai pemasok utama avtur di Indonesia, dalam rangka menjaga stabilitas energi penerbangan nasional.
Di tengah wacana keterlibatan swasta dalam distribusi avtur, GPII menilai bahwa Pertamina, sebagai BUMN strategis, sudah menjalankan perannya dengan baik dalam memastikan ketersediaan bahan bakar pesawat yang terjangkau dan merata di seluruh wilayah Indonesia.
Rizal, Ketua PP GPII, menegaskan bahwa peran Pertamina sebagai satu-satunya pemasok avtur bukan hanya soal bisnis, tetapi juga menyangkut kedaulatan energi nasional. “Pertamina telah menjalankan tugasnya dengan baik dalam memastikan ketersediaan avtur di seluruh bandara, termasuk di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau.
Ini bukan sekadar soal harga, tapi juga soal kedaulatan energi. Jika peran ini diberikan ke swasta, ada risiko ketergantungan yang bisa melemahkan posisi negara dalam menjaga stabilitas energi penerbangan,” ujar Rizal ke awak media, Kamis (17/10/2024)
Pengamat energi Gerry juga menyebut perlunya peninjauan ulang pihak yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan saluran pipa dan mekanisme pembayaran penggunaannya. Pipa distribusi di bawah apron bandara merupakan investasi Pertamina.
“Ke depannya bagaimana, apakah jadi pipa yang digunakan bersama dengan pemasok lain atau tidak. Kalau setiap provider harus investasi pipa distribusi sendiri, itu akan merusak kegiatan di apron juga dan tidak praktis,” ujarnya.
GPII menilai bahwa pembukaan pasar avtur kepada swasta dapat menimbulkan risiko pada wilayah-wilayah yang tidak menguntungkan secara komersial. Selama ini, Pertamina telah menjamin ketersediaan avtur di seluruh bandara, termasuk bandara di daerah terpencil yang seringkali tidak menarik bagi perusahaan swasta.
“Swasta cenderung akan fokus pada rute penerbangan yang menguntungkan, meninggalkan daerah-daerah yang membutuhkan subsidi atau dukungan lebih besar. Ini bisa berdampak negatif pada konektivitas udara, terutama di daerah terpencil yang sangat bergantung pada penerbangan,” kata Rizal.
Pengamat penerbangan Alvin Lie membantah tudingan bahwa Pertamina memonopoli pasokan avtur. Menurut Alvin, regulasi yang berlaku selama lebih dari satu dekade telah memberikan peluang bagi perusahaan swasta untuk masuk sebagai operator avtur di bandara.
“Ada bandara khusus yang sudah menjalin kerja sama dengan provider lain sehingga Pertamina tidak bisa masuk. Jadi, pejabat-pejabat ini saya kira perlu juga membaca regulasi, mendapatkan fakta-fakta yang tepat sebelum membuat pernyataan yang menyesatkan kepada publik,” kata Alvin.
Selain itu, GPII juga melihat bahwa pemberian ruang kepada swasta dalam distribusi avtur bisa memperlemah posisi Pertamina dalam mengelola sektor energi secara keseluruhan. Saat ini, Pertamina merupakan tulang punggung dalam penyediaan berbagai jenis energi, termasuk bahan bakar pesawat, dan jika monopoli ini dilemahkan, dikhawatirkan akan berdampak pada stabilitas perusahaan dan harga bahan bakar lainnya.
“Pertamina adalah BUMN strategis yang harus diperkuat, bukan justru dilemahkan dengan memberikan ruang kepada swasta di sektor yang sudah mereka kendalikan dengan baik,” tegas Rizal.
Dalam konteks menjaga kedaulatan energi nasional, GPII juga mengingatkan pentingnya peran pemerintah dalam memberikan dukungan penuh kepada Pertamina. Menurut mereka, pemerintah harus berperan aktif memastikan bahwa Pertamina mendapatkan insentif dan dukungan yang cukup untuk tetap kompetitif di pasar internasional, terutama di tengah dinamika harga minyak dunia yang tidak stabil.
“Pemerintah harus memastikan bahwa Pertamina bisa terus bersaing di pasar global, tanpa mengorbankan tugasnya dalam melayani kebutuhan energi domestik,” ujar Rizal.
GPII mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama mendukung Pertamina dalam menjalankan tugasnya sebagai pemasok utama avtur di Indonesia. Mereka menilai, dengan memperkuat Pertamina, Indonesia akan lebih mampu menjaga ketahanan energi di sektor penerbangan, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada stabilitas ekonomi nasional.
“Stabilitas harga avtur sangat penting untuk menjaga harga tiket pesawat tetap terjangkau. Kita tidak boleh mengabaikan peran Pertamina dalam hal ini,” tutup Rizal.
Dengan dukungan penuh dari GPII, diharapkan Pertamina dapat terus menjalankan perannya sebagai penyedia utama avtur dan memastikan harga yang terjangkau bagi industri penerbangan, sehingga berdampak positif pada perekonomian nasional dan kesejahteraan rakyat.