DEPOKPOS – Pengembangan inovasi budaya organisasi dan kepemimpinan merupakan langkah yang sangat penting dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi lembaga. Hal ini yang dijadikan Rutan Kelas IIB Kota Agung sebagai daya tonggak dalam melakukan inovasi. Inovasi budaya organisasi mencakup perubahan dalam nilai, norma, dan sikap yang mendasari perilaku di dalam institusi tersebut.
Sedangkan kepemimpinan yang baik sangat diperlukan untuk memimpin perubahan tersebut dan menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi. Untuk meningkatkan budaya pelayanan prima Rutan Kelas IIB Kota Agung berbenah diri baik dari segi pembangunan maupun pembinaan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).
Selain itu juga, Rutan Kelas IIB Kota Agung terus melakukan Penguatan terhadap Sumber Daya Manusia (SDM). Wajah baru Rutan Kelas IIB Kota Agung menjadi gebrakan baru dan bukti nyata bahwa Rutan terus memberikan pelayanan yg terbaik terhadap masyarakat dan warga binaan, selain itu juga dengan terus ditingkatkan nya pelayanan publik dapat membuat kembali kepercayaan masyarakat dan tidak mudah lagi termakan berita hoax yang disebarkan oleh oknum oknum tertentu.
Penting untuk memahami bahwa inovasi budaya organisasi bukanlah proses yang mudah. Hal ini memerlukan komitmen yang kuat dari semua pihak terkait, termasuk manajemen, staf, dan para narapidana. Perubahan budaya organisasi membutuhkan waktu, kesabaran, dan komunikasi yang efektif untuk memastikan bahwa semua orang terlibat dan mendukung perubahan tersebut. Kepemimpinan yang efektif juga menjadi kunci dalam menggerakkan perubahan budaya organisasi.
Kepala Rutan Kelas IIB Kota Agung selalu bertindak untuk menginspirasi, memotivasi, dan membimbing stafnya melalui proses perubahan. Selain itu, Kepala Rutan Kelas IIB Kota Agung juga menjadi contoh yang baik dengan menunjukkan komitmen dan integritas dalam mengimplementasikan nilai-nilai baru dalam memajukan Unit Pelayanan Teknis yang dalam hal ini Rutan Kelas IIB Kota Agung itu sendiri.
Dalam Upaya pengembangan inovasi budaya organisasi dan kepemimpinan di Rutan Kelas IIB Kota Agung, Kepala Rutan menyesuaikan strategi dan langkah-langkah untuk memastikan keberhasilan dalam mencapai tujuan pengembangan budaya organisasi dan kepemimpinan. Inovasi yang telah dilaksanakan diantaranya pembangunan Area Pos Pengawasan dan Pemeriksaan (Wasrik), Pembangunan Pos Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) serta perbaikan area kendaraan pengunjung dan lingkungan dalam.
Pemisahan Pos PTSP dan Pos Wasrik bertujuan agar lalu lintas kendaraan yang masuk dan keluar Rutan lebih terpantau sedangkan Pos PTSP diperluas dan diperbanyak kursi diruang tunggu pengunjung sehingga tidak lagi terjadi penumpukan pengunjung diluar area Rutan Kelas IIB Kota Agung.
Pada Area Pos PTSP juga sudah dilengkapi ruangan laktasi (menyusui) serta area bermain anak. Perbaikan Lapangan area luar (Parkiran) yakni penambahan area parkir dan jalur khusus pengunjung prioritas (disabilitas, lansia, dan ibu hamil/menyusui). Jalur khusus disabilitas tuna netra pun dibuat dari pos awal pendaftaran kunjungan hingga ke ruang besukan warga binaan.
Selain itu Rutan Kelas IIB Kota Agung juga sudah dilengkapi toilet bagi disabilitas sehingga membantu mereka penyandang disabilitas agar tetap nyaman mengunjungi warga binaan walaupun memiliki kekurangan. Perbaikan area lingkungan dalam berupa penataan kembali saluran pembuangan serta pengecetan ulang blok hunian.
Sebagai sarana pembinaan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Kepala Rutan Kelas IIB Kota Agung telah melaksanakan berbagai program antara lain berantas buta huruf Alquran yang telah meluluskan lebih dari 100 orang santri dari WBP Rutan Kelas IIB Kota Agung.
Selanjutnya, program pendidikan kesetaraan bagi WBP bekerja sama dengan Satuan Pengajar Non Formal Sanggar Kegiatan Belajar (SPNF SKB) Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus, pembinaan kesenian hadroh dan band, pelatihan upacara bendera, serta pelatihan Pramuka bekerja sama dengan Kwarcab Kabupaten Tanggamus.
Rutan Kelas IIB Kota Agung mendatangkan setidaknya 2 orang tenaga pengajar dari dinas pendidikan kabupaten tanggamus setiap 2 kali dalam seminggu, guna membantu warga binaan yang tidak bisa membaca dan menulis.
Selain itu, Rutan Kelas IIB Kota Agung juga memfasilitasi bagi warga binaan yang ingin melanjutkan pendidikannya dengan mengambil paket A/B/C. Warga binaan hanya harus mengikuti pelajaran yang diajarkan dan memenuhi persyaratan ujian penyetaraan paket. Dengan adanya program-program pembinaan ini Rutan Kelas IIB Kota Agung berharap agar warga binaan dapat memiliki bekal ilmu ketika nanti kembali ke masyarakat dan tidak mengulangi kesalahannya lagi.
Dalam konteks ini Rutan Kelas IIB Kota Agung melibatkan semua pihak terkait, termasuk staf, narapidana, dan pihak eksternal seperti keluarga narapidana dan masyarakat sekitar. Kolaborasi yang kuat antara semua pihak akan memperkuat upaya untuk mengembangkan budaya organisasi yang inovatif dan kepemimpinan yang efektif.
Terakhir, penting untuk diingat bahwa perubahan budaya organisasi dan kepemimpinan tidaklah berhenti begitu saja. Ini adalah proses yang berkelanjutan yang memerlukan komitmen jangka panjang dan adaptasi terus-menerus terhadap perubahan lingkungan internal dan eksternal. Oleh karena itu, pembangunan budaya organisasi dan kepemimpinan yang inovatif harus menjadi fokus utama dalam upaya untuk meningkatkan kinerja dan efektivitas Rutan Kelas IIB Kota Agung.
Alfhandy Adma Negara, Politeknik Ilmu Pemasyarakatan