DEPOKPOS – Peringkat 1 di dalam kelas merupakan impian bagi semua siswa dan para orang tua. Dan seringnya menjadi tolak ukur keberhasilan dari siswa tersebut. Namun, benarkah peringkat 1 selalu menunjukkan kecerdasan seseorang?
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjawab pertanyaan ini.
– Definisi kecerdasan: kecerdasan seseorang seharusnya tidak diukur hanya dari nilai akademis saja. Melainkan bisa dari jenis kecerdasan lain, misalnya kecerdasan sosial, kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, serta kecerdasan kreatif.
– Cara penilaian: sistem penilaian di sekolah umumnya tidak mencerminkan kecerdasan secara keseluruhan. Misalnya, ada siswa yang pandai dalam satu mata pelajaran, tetapi kurang pandai dalam mata pelajaran lainnya. Ada pula, siswa yang tidak pandai dalam mengerjakan soal ujian, tapi memiliki kemampuan dalam bidang lainnya.
– Tekanan untuk mendapatkan peringkat: terkadang tekanan dari orang tua atau pihak lain untuk mendapatkan peringkat atau menjadi bintang kelas dapat membuat siswa lebih stress dan cemas. Ini pun dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik mereka. Bahkan siswa dapat menjadi down oleh tekanan ini karena dituntut untuk belajar dengan sangat keras.
Walaupun, menjadi peringkat 1 menunjukkan bahwa seorang siswa memiliki kemampuan akademis yang baik. Namun, tidak selalu mencerminkan kecerdasan mereka secara menyeluruh. Setiap orang memiliki potensi serta bakatnya sendiri dan kemampuan kecerdasan masing-masing. Sekolah seharusnya lebih menekankan lagi pendidikan karakter agar siswanya tidak hanya fokus pada nilai akademis, tetapi juga pada pengembangan diri mereka. Peran serta orang tua juga diperlukan dalam mengetahui perkembangan anak-anaknya. Baik dari segi kecerdasan akademis maupun kecerdasan bidang lainnya. Karena siswa perlu di motivasi untuk dapat mengembangkan potensi-potensi diri serta jenis-jenis kecerdasan lainnya.
Menjadi peringkat 1 bukanlah satu-satunya tolak ukur kecerdasan serta keberhasilan seseorang, karena setiap siswa tumbuh dan berkembang pada bakat serta potensinya masing-masing. “Di dunia ini tidak ada orang yang bodoh maupun pintar, yang ada hanya malas dan mau untuk belajar dan berkembang”
Firmansah, Mahasiswa Universitas Pamulang